Karangan bebasku sehari-hari

Sunday, July 13, 2014

Terima kasih sudah pernah ada dihatiku


Sangat sulit untuk mengatakan ini padamu, akupun tidak bisa membayanginya apabila bisa sampai berkata demikian, tapi aku harus mengatakan ini padamu, karena sudah memang sepantasnya untuk dikatakan padamu, yaitu aku ingin meninggalkanmu, ingin melepaskanmu, dan aku tidak tahu mau pakai bahasa apa untuk mengatakannya padamu, yang penting inti dari yang aku mau katakan adalah sama, aku tidak bisa bersamamu lagi, dan aku tidak ingin mengingatmua sama sekali. Semoga kamu mengerti dengan apa yang kukatakan padamu.

"Kamu baik sekali mau mengantarku sampai depan kost" Fitri berkata pada Budi.
"Ya kan kamu juga satu kost dengan pacarku, lagian aku juga mau jumpain dia" Jawab Budi.
Aku hanya bisa melihat mereka berduaan dan aku selalu berpikiran positif dan tidak berpikir yang macam-macam dan selalu berpikir mereka itu adalah teman dan kebetulan saja Budi mau datang kemari untuk menjumpaiku. Lagian mereka itu adalah abang kelas dan adik kelas di sebuah pelajaran ekstrakulikuler. Dan akupun berharap mereka tidak mempunyai hubungan lebih dari itu. "Sil, lu napa? gpp kan liat mereka begitu, lagian kan Budi kebetulan aja" Susi menghampiriku dari belakang. "Oh gpp kok lagian kan mereka cuman teman" jawabku. "Tuh dia mau jumpain lu, jumpai gih sono" sambil khawatir Susi mengatakannya. "Tuh kakak Silvia sudah datang, aku masuk kost dulu ya bang" Fitri pamitan dengan Budi sewaktu melihatku keluar dari kost. Dan aku cemburu sewaktu Fitri melepaskan senyuman manjanya pada Budi dan Budi meresponnya dengan genit. "Sil" Dia menyapaku dengan kata pendek dan tidak tersenyum sama sekali.

Dan aku pun hanya bisa diam saja dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata, dan akhir-akhir inipun aku melihat Budi benar-benar beda sekali semenjak dia kenal dengan Fitri. Sangat berbeda sikapnya denganku sama sikapnya dengan Fitri, sikapnya dengan Fitri sama seperti waktu dulu denganku."Lah napa lu Sil, kok dingin kali" Budi bertanya sambil mengerutkan dahinya. Lah dia yang aneh atau aku sich yang aneh, akupun tidak bisa berkata apa-apa lagi, jelas-jelas harusnya aku yang harus menghakiminya, malah sebaliknya. Dia tidak ada merasa bersalah sama sekali dan aku jadi curiga dengan hubungannya sama Fitri. Tiba-tiba hati ini jadi sakit setelah melihat sikap Budi terhadapku. "Kalau aku ada salah, katakan, dan kalau ada masalah, katakan, jangan kayak orang bodoh aja disitu" dia malah memarahiku. Kok jadi tebalik gini ya. Seperti bukan pacar sendiri dan akupun tidak bisa curhat lagi dengan dia. Dan dia pun tidak akan bisa mengerti dengan sikap yang begini padanya, justru malah dia berpikir aku ini seperti anak-anak saja. Saat suasana mulai hening, Fitri yang baru saja selesai mandi datang menghampiri kami sambil membawa minum untuk Budi sambil permisi padaku "maaf ya kak, aku ganggu acara kalian sedang pacaran, aku cuman mau kasih Budi minum saja, pasti haus banget daritadi ngomong ga ada minum sama sekali" respon Budi terhadapnya seperti mereka sedang pacaran. Aku bisa menerima alasan Budi yang mengantarnya karena kebetulan mau ke tempatku, dan akupun bisa menerima alasannya yang tidak menjumpaiku karena ada latihan extra, dan rapat di sekolah, namun bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali, dan itu menunjukkan bahwa ada hubungan khusus antara mereka berdua, namun sewaktu aku menanyakannya pada Budi, dia malah menyalahkanku dan selalu mengatakan aku selalu punya pikiran negatif.

Keesokan harinya Budi pun beralasan padaku kalau dia mau latihan basket, dan kebetulan akupun juga ada latihan komputer di sekolah, pada saat aku sedang belajar komputer, tiba-tiba SUsi memanggilku dan berkata "Sil, sinilah, tadi Budi bilang dia mau latihan basket kan? noh lapangan aja sepi, mana ada yang latihan sama sekali dan lapangan basket kita kan cuman satu aja, aku uda 3 tahun lho sekolah disini, tapi yang kutahu cuman satu aja lapangan basket kita" dan aku pun tidak bisa berkata apa-apa lagi, hatiku jadi sangat ketakutan dan pasrah dengan keadaan. "Kamu jangan terlalu percaya dengan Budi lagi, dan memang cowok itu semuanya sama saja, baiknya hanya diawal dan akan buruk diakhirnya" Susi bicara tegas padaku sampai yang lain pun melihat Susi. "Tolong dah Sil untuk apa sich mempertahankan hubungan kalian itu, emang dia kaya? Bisa hidupin lu? Masih banyak kok cowok di sekolah yang lebih sempurna dari dia dan kamu cantik kok, jadi ngapai takut, cowok pun ngantri kalau tahu kamu sudah pus ama dia" Susi menghibur hatiku. Mungkin selama ini aku pun terlalu baik sama Budi sampai Budi pun memijak kebaikanku, dan kalau kami sedang berantam, aku yang selalu mencarinya dan itupun tidak pernah lewat satu hari, karena aku orangnya tidak suka didiamin begitu saja. "Oke Sus, aku akan mengikuti kata-katamu itu, dan aku akan akhiri semua rasa perih yang ada dihati ini" jawabku pada Susi dengan sangat yakin sekali dengan keputusanku. Lalu akupun meninggalkan ruangan komputer dan mencarinya. "Sil, mau kemana? Jangan bilang lu mau ke lantai atas terjun ke lantai satu lagi" Susi bertanya. "Santai donk Sus, aku bukan orang bodoh yang mau melakukan hal begitu" jawabku padanya. Aku ke tempat biasa dimana Budi sering nongkrong dan aku yakin dia disana. "Lah Sil, lu lagi les komputer kan?" Budi terkejut saat melihatku datang. "Fitri, bentar aku pinjam Budi kamu dulu" aku minta izin pada Fitri. "Si... si.... silahkan kak" Fitri pun jadi gugup sekali karena merasa bersalah atau segan padaku. Lalu aku mengajaknya di tempat biasa kami sering berduaan "kita sudah lama sekali ya ga disini, padahal dulu kita tiap hari kemari setelah pulang sekolah" aku berkata padanya sambil ingin mengenangnya untuk yang terakhir kalinya. "Lah kamu kan akhir-akhir ini sibuk, gimana mau kemari" Budi menjawab. "Benar Bud, aku sangat sibuk sekarang, sibuk sampai tidak punya waktu untukmu lagi, kamu kemana-mana jadinya sendirian karena aku sangat sibuk, akupun tidak mau memaksa kehendaku lagi, aku juga tidak mau menghalangimu melakukan apa yang kamu mau, aku mau kamu hidup bebas tanpa ada ikatan sama sekali, akupun tidak mau kamu merasa tidak enak dekat dengan orang lain karena aku adalah pacarmu. Sampai-sampai kalian pun bersembunyi untuk bertemu," aku panjang lebar menjelaskan semuanya padanya. "Apa sih maksudmu? ga ngerti aku" dia bertany padaku.

"Terima kasih ya Bud, kamu sudah pernah singgah di hatiku, terima kasih sudah membuat aku ketawa dan bahagia selama ini, terima kasih sudah memberiku memori yang indah dan kenangan yang indah selama ini. Aku juga tidak mau ada orang ketiga diantara hubungan kita, dan kamu boleh bersamanya. Maafkan aku ya Bud" aku langsung meninggalkan Budi dan akupun menangis. Tetapi aku lega dengan keputusanku ini, karena dia memang tidak pantas lagi untukku. Aku juga baru sadar sekarang, mengapa aku bisa mempertahankan hubungan ini yang tidak bisa membuatku lebih hidup dan bahagia, oleh karena itu aku akan melepaskanmu untuk selama-lamanya. Terima kasih untuk semuanya.

-END-

Ditulis Oleh : Unknown From --Diary Harianku--

ninjahelptk Anda sedang membaca artikel tentang Terima kasih sudah pernah ada dihatiku dari Diary Harianku, artikel ini dilindungi oleh DMCA Protector Program dan Creative Commons 4.0 Protection, namun apabila anda ingin copy-paste artikel diatas, mohon jangan lupa untuk meletakkan link yg ada dibawah ini sebagai sumbernya. Terima kasih.

-Tutorial web-

0 comments:

Post a Comment

Author Only

Popular Posts

Pembaca Setia

Copyright © Diary Harianku | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes - Published By Gooyaabi Templates | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com