Hampa rasanya hidupku ini sewaktu aku mendengar kabar dari ibuku bahwa Setiawan meninggal karena bunuh diri. Akupun tak habis pikir mengapa dia lakukan itu, pikirannya sangatlah pendek. Sewaktu ayahnya datang hanya untuk menjumpaiku dan dia memberikanku titip dari Setiawan, yaitu surat dan kotak. Sewaktu kubuka kotak tersebut, aku sudah mengira dia pasti memberikanku cincin. Karena dia dulu sempat berkata ingin menikah denganku. Dan dia sudah membeli cincin tsb, lalu dia selalu menyimpannya sampai aku menyetujui pernikahan kami berdua. Karena dia ingin aku benar-benar mengetahui bahwa dia tulus mencintaiku, setelah itu kubuka suratnya yang berisi :
Dear Honey,
Maafkan aku atas tindakanku ini karena aku ingin lari dari kamu, aku yakin kamu pasti menungguku untuk datang padamu, tapi aku tidak sanggup dengan semuanya, aku cinta denganmu, tetapi aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Sungguh aku bukanlah pria yang tepat untukmu, aku bukanlah pria pantas untuk selalu berdampingan denganmu dan selalu dihatimu. Kuharap kamu bisa menyimpan cincin itu dengan baik karena hanya itulah sisa dari memori kita. Aku berharap kamu bisa melupakanku, setelah kamu membaca surat ini, tolong suratnya kamu bakar, untuk mengenang aku. Sinta, tolong percaya padaku untuk kali ini saja, aku sangat mencintaimu, namun aku lebih mencintai ibuku. Mohon kamu bisa mengerti tentang semua ini, Wujud Ibuku lebih indah daripada janjiku padamu. Karena ibuku adalah segalanya untukku. Dan aku dipaksa oleh ibuku untuk menikah dengan wanita lain, dan aku berusaha untuk mencintainya dengan tulus seperti aku mencintaimu, namun itu sangat sulit bagiku dan aku lebih memilih untuk mati daripada aku mencintainya, karena aku sudah berjanji padamu bahwa aku akan mencintaimu selamanya dan tidak ada wanita lain selain kamu. Tetapi aku sudah melanggar janji tersebut, dan aku lebih memilih untuk mati. Aku melakukan ini hanya karena untuk ibuku, dan ini semua kulakukan demi cintaku padamu dan membayar hutang dosaku pada ibuku. Mohon diingat, kamu itu selamanya untuk ku, dan kuminta tolong lupakan aku.
From Setiawan.
Setelah membaca ini, tiba-tiba kudengar suara Setiawan ntah dari mana, angin berhembus begitu kencang, dan tiba-tiba hujan deras turun. Tak bisa kutahan kesedihanku ini karena aku sungguh mencintainya dan dia bodoh melakukan itu semua hanya karena cinta padaku. Aku tiba-tiba susah bernafas dan sesak setelah aku berteriak dengan kencang. Dan seisi rumah terkejut sewaktu aku berteriak.
"Kenapa kamu, Sinta?" Ibuku tiba-tiba kaget dan menjerit padaku dan dia melihatku menangis.
"Tidak apa-apa bu" Aku menjawabnya, namun dadaku benar-benar sangat sesak dan surat itu kupegang erat-erat. Namun aku harus tegar dan tidak boleh begini, karena inilah permintaannya yang terakhir padaku. Kalau aku melanggarnya, itu sama saja aku menyiksanya disana. "Kalau kamu benar-benar mencintainya, kamu harus membuktikannya pada Setiawan, dan penuhi permintaannya, agar dia bisa tenang disana" ibuku juga menenangkanku.
"Tapi, tapi, tapi... Mengapa dia memilih jalan ini, jalan yang sangat salah, jalan kematian.... Aku sebenarnya belum bisa menerima keadaan ini.. Aku pun rela diduain dia..." kataku pada ibuku. "HAH???? apa maksudmu???" ibuku pun kaget mendengarnya. Lalu aku memberikan surat dari Setiawan pada ibuku, ibuku ikut menangis dan dia langsung memelukku. Lalu aku masuk ke kamar, dan air mataku tidak bisa berhenti sama sekali.
Keesokan harinya, ayahku mengejutkan ku pada saat makan keluarga. Namun aku tidak meresponnya. Tiba-tiba suasanya menjadi sepi dan ibuku berkata "duduk yang manis".
Aku langsung heran ada apa ini, tiba-tiba ayahku langsung berkata "bagaimana tentang pernikahanmu dengan Cipto?"
Padahal aku masih sangat mengantuk dan sangat malas tiba-tiba kaget dan sadar sewaktu mendengar itu, "APA, ogahhhh!!!! Aku masih berkabung malah ayah menyuruhku menikah dengan pria lain? TIDAK!!!" "Karena inilah ayah menyuruhmu cepat-cepat menikah dengannya agar kamu bisa melupakan Setiawan dan kamu harus mau karena ayahlah Kepala keluarga disini". Jawab ayah dengan nada keras.
Namun aku menangis dan langsung minta pertolongan dari ibuku, "bu, tolong bantu aku menjelaskan isi hatiku pada ayahku, kenapa diam saja bu???" Lalu aku tidak ingin mendengarnya lagi dan aku langsung lari masuk ke kamar untuk menenangkan diriku.
Tiba-tiba ibuku masuk kekamarku, namun aku tidak peduli lagi, dan langsung lari keluar rumah sambil menutup pintu rumah dengan sangat kencang. Aku lari ke danau untuk menhirup udara segar dan mengenang masaku dulu dengan Setiawan yang sering kemari. Tetapi danau tsb dekat dari rumahku, dan ayahku mendatangiku di danau tsb, "Sinta" panggilnya.
"Eh,ayah kok bisa tahu aku disini?" Dan aku hanya meringis padanya. "Ayah tak tahu lagi bagaimana cara membuatmu bahagaia, ayahpun tidak habis pikir tentang Setiawan yang ingin bunuh diri. tapi ayah sangat senang karena Setiawan benar-benar sangat beruntung, bisa dicintai oleh seorang wanita dengan tulus seperti kamu."
Aku hanya bisa diam karena aku tahu apa maksud kedatangan ayah kemari. "Sudahlah, ikhlaskan saja Setiawan, biarkan dia tenang disana. Dan kamu hiduplah dengan bahagia, jangan seperti ini, jika kamu benar-benar mencintainya, lupakan dia, agar dia bisa tenang disana. Karena kalau kamu selalu begini, dia sangatlah sengsara disana karena sikapmu." Ayah menjelaskan padaku. "Aku tidak bisa, ayah, setelah membaca surat ini, aku benar-benar tidak bisa melupakannya dan aku selalu mendengar suaranya ntah dari mana, dan dia selalu membuatku terbayang-bayang olehnya. Bagaimana aku bisa melupakannya, tolong ajarin aku ayah." "Buang surat itu, masukkan ke danau ini, kan danau ini banyak kenangan kalian, hanyutkan surat itu. Dan kamu akan pelan-pelan melupakannya." Ayah mengajariku.
Dan aku tidak sadar membuangnya ke danau tersebut, dan surat itupun hanyut ke dalam. Setelah aku membuang surat itu, aku langsung bisa mengikhlaskannya, mungkin benar kata ayah, surat itulah yang menghipnotisku dan membuatku teringat padanya. Bye Setiawan. Aku akan melupakanmu selamanya dan semoga kamu tenang di alam sana.
-END-
0 comments:
Post a Comment